Senin, 28 Januari 2013

Citra Public Relations



Bagi Public Relations menyadari citra yang baik tidak hanya terletak pada bentuk gedung, presentasi, publikasi dan seterusnya tetapi terletak pada :
  1. Bagaimana organisasi bisa mencerminkan yang dipercayai memiliki kekuatan, mengadakan perkembangan secara berkesinambungan yang selalu terbuka untuk dikontrol, dievaluasi.
  2. Dapat dikatakan bahwa citra tersebut merupakan gambaran komponen yang kompleks.
Pada saat ini banyak perusahaan atau organisasi memberikan perhatian terhadap pembangunan suatu citra yang positif atau baik dimana  menguntungkan bagi suatu perusahaan atau organisasi tersebut tidak hanya melepaskan diri dari terhadap terbentuknya suatu kesan publik negatif atau buruk. Citra perusahaan adalah komoditas yang rapuh atau mudah pecah namun kebanyakan perusahaan juga meyakini bahwa citra perusahaan yang positif adalah esensial, sukses yang berkelanjutan dan dalam jangka panjang. Citra menurut Katz yang dikutip oleh Soemirat dan Ardianto dalam buku Dasar-Dasar Public Relations adalah cara bagaimana pihak lain memandang sebuah perusahaan, seseorang , suatu komite, atau suatu aktivitas. Setiap perusahaan mempunyai citra. Setiap perusahaan mempunyai citra sebanyak jumlah orang yang memandangnya. Berbagai citra perusahaan datang dari pelanggan perusahaan, pelanggan potensial, bankir, staf perusahaan, pesaing, distributor, pemasok, dan gerakan pelanggan di sektor perdagangan yang mempunyai pandangan terhadap perusahaan(2004:113). Citra menurut Frank Jefkins yang dikutip oleh Soemirat dan Ardianto dalam bukunya Dasar-Dasar Public Relations  mengungkapkan bawa citra adalah kesan yang diperoleh berdasarkan pengetahuan dan pengertian seseorang tentang fakta-fakta atau kenyataan (2004:114). Lima jenis citra (image) yang dikemukakan oleh Frank Jefkins dalam buku Public Relations , yakni:
  1. Citra bayangan (mirror image). Citra ini melekat pada orang dalam atau anggota-anggota organisasi––biasanya adalah pemimpinnya––mengenai anggapan pihak luar tentang organisasinya.
  2. Citra yang berlaku (current image). Adalah suatu citra atau pandangan yang dianut oleh pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi.
  3. Citra yang diharapkan (wish image). Adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen.
  4. Citra perusahaan (corporate image). Adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan sekedar citra atas produk dan pelayanannya.
  5. Citra majemuk (multiple image). Banyaknya jumlah pegawai (individu), cabang, atau perwakilan dari sebuah perusahaan atau organisasi dapat memunculkan suatu citra yang belum tentu sama dengan organisasi atau perusahaan tersebut secara keseluruhan. (2003:20)
Efek kognitif dari komunikasi sangat mempengaruhi proses pembentukan citra seseorang. Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang. Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang lingkungan. Efektivitas Public Relations di dalam pembentukan citra (nyata, cermin dan aneka ragam) organisasi, erat kaitannya dengan kemampuan (tingkat dasar dan lanjut) pemimpin dalam menyelesaikan tugas organisasinya, baik secara individual maupun tim yang dipengaruhi oleh Public Relations praktek berorganisasi (job design, reward system, komunikasi dan pengambilan keputusan) dan manajemen waktu/ perubahan dalam mengelola sumberdaya (materi, modal dan SDM) untuk mencapai tujuan yang efisien dan efektif, yaitu mencakup penyampaian perintah, informasi, berita dan laporan, serta menjalin hubungan dengan orang. Hal ini tentunya erat dengan penguasaan identitas diri yang mencakup aspek fisik, personil, kultur, hubungan organisasi dengan pihak pengguna, respons dan mentalitas pengguna.


Daftar Pustaka:
Soemirat Soleh dan  Ardianto Elvinaro  Dasar-Dasar Public Relations. Bandung.  PT. Remaja Rosda Karya.  2002

Resensi Buku: Public Relations Ala Wimar




Buku ini PR yang satu ini dilengkapi dengan F.A.Q (Frequently asked questions), semua seputar PR (Public Relation), seperti: apa sih kerja PR? Menyampaikan pesan dari klien ke audiens yang dituju agar tidak terjadi kesalahpahaman, dan pertanyaan lainnya yang pastinya dapat mengantarkan pembaca untuk lebih menyelami dunia PR. Nah sekarang mari kita lihat sekilas tentang buku ini:
Modal utama seorang public relation (PR) adalah mampu membedakan antara good guy dan bad guy.
Pesan di atas hanyalah sebagai pengantar bagi Anda yang benar-benar ingin menjadi sosok PR teladan dan “idola”, bukan hanya mengejar materi, namun lebih mementingkan reputasi.
Selain harus sering mendengarkan suara hati, maka untuk dapat membedakan mana yang benar atau salah, maka seorang PR dapat melakukan beberapa hal, seperti: menguasai ilmunya, mengumpulkan data, melakukan survei, berkomunikasi.
BAB 1 pada intinya membahas tentang What’s the Message, antara lain berisi tentang pendekatan humanis dan beberapa strategi membina komunikasi dengan media, seperti: mengirim pers rilis, menggelar jumpa pers, dan membuat acara. Kisah sukses InterMatrix PR Agency akan membuat Anda semakin tertarik untuk membaca bab selanjutnya.
BAB 2 bercerita tentang Memanfaatkan Teknologi Terbaru. Disini dibahas berbagai media pendukung PR, dari sebelum lahirnya internet, hingga Web 2.0 atau media sosial seperti: Facebook, Twitter, dsb. Melalui media inilah seorang PR akan memperoleh manfaat luar biasa dari media sosial, misalnya: lebih cepat menyampaikan pesan dan membina hubungan baik dengan audiens. Selain itu, juga diceritakan acara “perspektif” secara kronologis mulai dari Maret 1994 hingga September 2005. Namun, kehebatan teknologi yang dipakai oleh PR, takkan efektif bila sejak awal tidak memiliki visi dan misi yang benar.
BAB 3 mengupas tentang Berani Hadapi Risiko. Disini pembaca akan lebih memahami suka duka sebagai PR, berbagai strategi menjadi PR yang inovatif, dan kisah sukses menangani manajemen krisis. Menurut Wimar Witoelar, “PR yang baik tidak akan bertahan sendiri melawan agresi kejahatan. Tapi dia akan bertahan bersama dengan orang yang baik juga.”
BAB 4 bertutur tentang Branding yang Kuat. Branding ini merupakan suatu syarat utama bagi PR yang inovatif. Personal branding suatu konsultan PR tentunya ditentukan dari pemimpin dan anggota timnya, visi dan misinya, rekam jejaknya, serta para klien yang telah ditanganinya. Disinilah terlihat betapa penting peranan PR di dalam memberikan suatu “pencerahan”, tentunya haruslah berpijak pada kebenaran. Di akhir bab 4 ini, pembaca akan membaca dan memahami delapan rahasia sukses brand Wimar Witoelar dan bagaimana dunia luar memandang Wimar.
BAB 5 menyapa pembaca dengan Unik! Disinilah diungkapkan perbedaan antara PR konvensional dengan PR inovatif, tiga keunikan PR inovatif, dan kisah sukses: The Unique PR Agency. Bab 5 ditutup dengan sekelumit kisah orang-orang ternama, seperti: Yenny Wahid, M. Chatib Basri, Nurlina N. Purbo, Maria Hartiningsih, serta Benny dan Mice.
BAB 6 mengemukakan tentang Energi Tanpa Batas. Kisah sukses “Intermatrix (IMX) sebagai sekolahan yang Menyenangkan” akan memberikan inspirasi segar pada semua konsultan PR inovatif agar tidak pernah kehabisan sumber energi baru. Menariknya, di IMX, siapapun bisa jadi apapun. Di IMX, kita dapat menciptakan aktivitas dan lingkungan kerja kita sendiri, dimana suasana kerja seperti ini tidak bisa kita dapatkan di tempat kerja lainnya.
 Sumber: ( http://netsains.net/2010/10/resensi-buku-public-relation-ala-wimar/ ) 

KEGIATAN PUBLIC RELATIONS






Kegiatan PR
n  FACT FINDING
n  PLANNING
n  COMMUNICATING
n  EVALUATING

Fact Finding
n  Kegiatan untuk memperoleh gambaran yang obyektif tentang diri organisasi / isntitusidan produk, sehingga dapat menemukan fakta-fakta, opini, informasi tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan institusi yanng dapat mempengaruhi eksistensi institusi
n  Dengan fact finding maka institusi dapat mengetahui secara persis siapa publik yang dihadapi, segmentasinya, sikap dan pendapatnya tentang institusi yang kemudian menjadi landasan manajemen dan landasan kegiatan komunikasi

Proses Fact finding
  1. Mencoba mengetahui pendapat, sikap dan reaksi dari anggota-anggota publik mengenai kegiatan dan kabijaksanaan organisasi serta menemukan apa yang menjadi problemnya
  2. Mengintegrasikan point 1 tsb ke dalam manajemen
  1. Mengenal diri sendiri
à melalui listening research dan empati, yaitu dengan membiasakan diri untuk mendengar secara sistematik, terbuka dan simpatik
  1. Semua hasil riset disusun secara sistematik, kemudian diinterpretasikan dan selanjutnya disampaikan kepada pihak manajemen
Jenis-jenis riset yang dapat dilakukan
n  Riset kepustakaan
n  Content analysis
n  Survei
n  Metode informal, misalnya persnal contact, on the spot evaluation

Tujuan Riset
  1. Mengoleksi fakta untuk digunakan dalam merencanakan tindakan dan dalam menentukan saluran komunikasi dan isi program komunikasi
  2. Menggali sikap dasar, opini yang diekspresikan dan informasi dari publik suatu organisasi
Tahap-tahap Riset Opini
  1. Situasi penting à apa yang dipikirkan orang sekarang ini?
  2. Prinsip dasar à bagaimana opini publik bekerja
  3. Pretesting à bagaimana orang bereaksi; memberikan argumen melalui artikel, surat pembaca dsb
  4. Evaluasi à bagaimana orang memberikan respons dan bagaimana sikapnya berubah jika ia melakukan itu?
PLANNING
n  Merupakan tahap ke-2 dalam proses kegiatan PR, yakni kegiatan yang menghasilkan rencana
n  Suatu rencana dibuat bukan untuk menghilangkan resiko, melainkan untuk mendekati kepastian dan memperkecil resiko yang ada.
n  Planning dimulai dengan bantuan realistik dari organisasi, yang secara jelas memberi gambaran dan menentukan tujuan, strategi dan taktik

PLANNING, meliputi:
  1. Menyelidiki / meneliti hal-hal yang telah lampau untuk menentukan semua faktor yang dapat membawa pada situasi yang dipelajari
  2. Melihat ke dalam: untuk mengetahui fakta dan opini sehingga tujuan institusi dapat diketahui dan validitasnya dapat diukur
  3. Melihat sekitar / lingkungan: situasi politik, sosial, kecenderungan ekonomi dan waktu yang tepat serta situasi organisasi
  4. Melihat jauh ke depan à sehingga tujuan organisasi dan pelaksanaan program dapat disusun
Tahap ke- 3 KOMUNIKASI / ACTION
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam komunikasi
  1. Karakteristik media yang digunakan
Surat kabar à terbatas pada ruang, dapat didokumentasikan, kredibilitas tinggi, lebih banyak memberi informasi, dapat membentuk opini publik, dll
TV à dapat menjangkau audience yang luas,menarik perhatian, mampu mengungkapkan perasaan melalui gambar, musik & kata-kata, mampu merekan persitiwa dengan tingkat distorsi yang sangat kecil
  1.  Isi informasi à harus diperhatikan apakah informasi tersebut mengenai kebaikan institusi, program, penjelasan dll
  2. Predisposisi penerima à merupakan kualitas dan karakter manusia yang dipengaruhi oleh adat-istiadat, umur, tingkat sosial ekonomi, jenis kelamin
Teknik komunikasi humas, meliputi:
n  Alat yang dipergunakan (tools)
n  Media yang dipakai
n  Metode komunikasi
Komunikasi PR merupakan proses yang melibatkan adanya pertukaran fakta, pandangan, ide antara suatu organisasi dengan publiknya untuk menciptakan salingpengertian, goodwill dan dukungan dari publik

Bentuk-bentuk Komunikasi PR
n  Komunikasi internal à bertujuan agar publik internal mengetahui pemikiran manajemen dan sebaliknya berusaha agar manajemen mengetahui pemikiran karyawan
n  Komunikasi eksternal à bertujuan mengetahui bagaimana penilaian publik terhadap program/kegiatan institusi
n  Komunikasi formal à horizontal & vertikal (bottom up & top down)












FUNGSI HUMAS





DEFINISI PR
Rex F. Harlow
  1. PR sebagai metode komunikasi (method of communication) à PR merupakan rangkaian atau sistem kegiatan (order or system of action) melalui kegiatann komunikasi yang khas. Implikasinya setiap anggota institusi dituntut untuk dapat menjalankan fungsi-fungsi kehumasan
2.      PR sebagai perwujudan (state of being) àperwujudan kegiatan komunikasi yang “dilembagakan” ke dalam bentuk biro, bagian, divisi, atau seksi. Terdapat orang yang memimpin atau pejabat Humas / PRO
FUNGSI HUMAS
EDWARD L. BERNAY
  1. Memberikan penerangan pada masyarakat
  2. Melakukan persuasi untuk mengubah sikap dan perbuatan masyarakat secara langsung
  3. Berupaya untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan suatu badan / lembaga sesuai dengan sikap dan perbuatan masyarakat atau sebaliknya
FUNGSI HUMAS
Cutlip, Centre & Canfield
  1. Menunjang aktvitas utama manajemen dalam mencapai tujuan bersama
  2. Membina hubungan yang harmonis antara badan / organisasi dengan publiknya
  3. Mengidentifikasi segala sesuatu yang berkaitan dengan opini, persepsi dan tanggapan masyarakat terhadap badan institusi yang diwakili
  4. Melayani kepentingan publiknya dan memberikan saran kepada pimpinan untuk tujuan dan manfaat bersama
  5. Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, dan mengatur arus informasi, publikasi serta pesan dari institusi
Renald Kashali
“Fungsi manajemen Humas yang bertujuan untuk mengembangkan persepsi terbaik bagi suatu lembaga, organisasi, perusahaan atau produknya terhadap segmen masyarakat yang kegiatanya langsung ataupun tidak langsung mempunyai dapak bagi masa depan organisasi, lembaga, perusahaan dan produknya.”
Ciri khas kegiatan humas
1.       Terdapat kegiatan tertentu (action)
2.      Kegiatannya jelas (activities)
3.      Adanya perbedaan lain yang khas dengan kegiatan lain (different)
4.     Terdapat suatu kepentingan tertentu
5.      Ada kepentingan bersama
6.     Terdapat komunikasi dua arah timbal balik (reciprocal two ways traffic communication)
PERANAN, RUANG LINGKUP TUGAS DAN SASARAN KEGIATAN HUMAS
Dozier & Broom
  1. Penasehat ahli à bersifat konsultatif, praktisi humas bertindak ibarat dokter yang melayani pasien
  2. Fasilitator komunikasi à bertindak sebagai mediator antara institusi dengan publik
  3. Fasilitator pemecahan masalah à PR menjadi bagian dari tim manajemen, menjadi penasihat dalam mengatasi krisis
  4. Teknisi komunikasi à hanya menyediakan layanan teknis komunikasi
Konsep Kemampuan PR
  1. Managerial Skill à kemampuan konseptual paling dominan; berperan sebagai expert prescriber
  2. Human Relations Skill à Kemampuan Konseptual dan teknis hampir seimbang; berperan sebagai problem solves facilitator atau communication facilitator
  3. Technical Skill à Kemampuan teknis dominan; berperan sebagai communication technician
Kegiatan & Sasaran HUMAS
Fayol
  1. Membangun Identitas dan Citra Istitusi
  2. Menghadapi Krisis
  3. Mempromosikan aspek kemasyarakatan
Beberapa pendekatan dalam kegiatan HUMAS
  • §Manipulatif à PR berupaya untuk mengubah / mempengaruhi opini publik untuk tujuan institusi
  • §Kuratif à pemulihan atau perbaikan terhadap citra negatif sehingga menjadi citra positif
  • §Preventif à mencegah citra negatif yang dapat merugikan institusi
  • §Promosional à mendorong atau memotivasi usaha komersial untuk kepentingan profit
  • §Pendidikan à memberikan informasi atau menyebarluaskan program pendidikan dan iptek kepada publik
  • §Misi à menanamkan kesadaran publik atas misi institusi


Kegiatan Humas
  1. Penelitian
  2. Perencanaan
  3. Pengorganisasian
  4. Administrasi
  5. Produksi
  6. Partisipasi Komunitas
  7. Nasihat





Public Speaking



§  Public speaking adalah proses berbicara kepada group/ kelompok orang dalam suatu yang terstruktur.
§  Publik speaking merupakan bentuk komunikasi public untuk menyampaikan informasi/ pesan dalam berbagai bentuk :   
  1. lisan, tulisan, suara, gambar dan symbol-simbol   dengan tujuan tertentu,
  2. proses terstruktur, terencana, khalayak/ public teridentifikasi.
  3. sebagai upaya untuk mempengaruhi dan menghibur khalayak/ public.
¡  Dalam retorika yang disampaikan oleh Aristoteles, orang harus menyatakan dengan :
  1. Jelas
  2. Singkat
  3. Meyakinkan
¡  4 Unsur Persuasi :
  1. Rebut perharian pendengar
  2. Usahakan pendengar untuk mempercayai kemampuan dan karakter anda.
  3. Berdasarkan setiap pemikiran pada keinginan
  4. Kembangkan setiap gagasan sesuai dengan karakter pendengar.
3 Aspek Pendukung Public Speaking
      Pertama, komunikasi public cenderung terjadi ditempat-tempat yang biasanya dianggap sebapat tempat public seperti auditorium, kelas, lapangan dll.
      Kedua, komunikasi public lebih merupakan kesempatan mngemukakan masalah sosial daripada kesempatan mengemukakan masalah-masalah informasi dan tidak terstruktur.
      Ketiga, komunikasi public melibatkan norma prilaku.




Selasa, 22 Januari 2013

Teori Penentuan Agenda (Agenda Setting)


Teori Penentuan Agenda adalah teori yang menyatakan bahwa media massa berlaku sebagai pusat penentuan kebenaran dengan kemampuan media massa untuk mentransfer dua elemen yaitu kesadaran dan informasi ke dalam agenda publik dengan mengarahkan kesadaran publik serta perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting oleh media massa. Dua asumsi dasar yang paling mendasari penelitian tentang penentuan agenda adalah:
(1) Masyarakat pers dan mass media tidak mencerminkan kenyataan; mereka menyaring dan membentuk isu.
(2) Konsentrasi media massa hanya pada beberapa masalah masyarakat untuk ditayangkan sebagai isu-isu yang lebih penting dari pada isu-isu lain.
Maksudnya, media bisa menggerakan publik untuk memfokuskan tenaga dan pikiran dari isu yang mereka angkat yang mereka anggap sebagai isu penting (walaupun mungkin tidak) dan aspek yang paling penting dalam konsep penentuan agenda adalah peran fenomena komunikasi massa.
Hipotesis penentuan agenda terjadi ketika para peneliti menjadi tidak puas dengan posisi teoretis yang dominan dalam riset komunikasi massa selama tahun 1950-an dan 1960-an. Di bawah ini terdapat beberapa gagasan para peneliti yang mirip dengan hipotesis penentuan agenda:
Norton Long (1958), “Dalam beberapa hal, surat kabar adalah pengerak utama dalam menentukan agenda daerah. Surat kabar memiliki andil besar dalammenentukan apa yang akan dibahas oleh sebagian besar orang, apa pendapat sebagian besar orang tentang fakta yang ada, dan apa yang dianggap sebagian besar orang sebagai cara untuk menangani masalah.”

Kurt Lang dan Gladys Engel Lang (1959) juga menghasilkan pernyataan awal tentang gagasan penentuan agenda, “Media massa memaksakan perhatian pada isu-isu tertentu. Media massa membangun citra public tentang figure-figur politik. Media massa secara constant menghadirkan objek-objek yang menunjukkan apa yang hendaknya dipertimbangkan, diketahui, dan dirasakan individu-individu dalam masyarakat.”

Pernyataan lain tentang gagasan penentuan agenda adalah pernyataan Bernard Cohen (1963) tentang kekuatan pers, “Surat kabar mungkin tidak sering berhasil member tahu orang apa yang harus dipikirkan, tetapi surat kabar luar biasa berhasil dalam member tahu pembacanya apa yang harus dipertimbangkan.”

Funkhouser menyimpulkan, “Media berita diyakini oleh banyak orang (termasuk banyak pembuat keputusan) sebagai sumber informasi yang dapat dipercaya tetapi data di sini menunjukkan bahwa media berita tidak mesti demikian”

Inti teori.                                                            
“Apa yang dianggap penting oleh media akan dianggap penting juga oleh khalayak dan sebaliknya, apa yang dilupakan oleh media juga akan dilupakan oleh khalayak”.

Asumsi teori.
Media punya kemampuan untuk menyeleksi dan mengarahkan perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa tertentu, sehingga terdapat hubungan positif antara penilaian yang diberikan media pada suatu persoalan dengan perhatian yang diberikan khalayak pada suatu persoalan tersebut.

Sebagai contoh, tentang bagaimana media memberitakan tentang bintang-bintang olahraga dan aktor film. Dan akhirnya banyak khalayak menyoroti hal itu. Dianggaplah itu sebagai hal yang penting sebagai dampak pemberitaan dari media.
Sebaliknya, misal guru dan ilmuwan yang jarang diperhatikan oleh media, maka secara tidak langsung publik pun akan tidak memperhatikan dan tidak menganggap hal itu sebagai hal yang penting.
dengan kata lain media massa mengkonstruksikan peristiwa tertentu yang semula biasa menjadi hal yang luar biasa dalam pikiran atau opini masyarakat. Memang kita dapat menyatakan bahwa tidak ada peristiwa penting dapat terjadi tanpa liputan media. Jika media tidak meliputnya maka itu berarti tidak penting. Media mengarahkan kita untuk memusatkan perhatian pada subjek tertentu.